Puja Ganesha

Om Gam Ganapatye Namaha

Sabtu, 25 Agustus 2012

CATATAN HARI PERTAMA MASUK KERJA

Thursday, August 23, 2012 1:50 PM
hari ini adalah hari pertama masuk kerja setelah libur cuti bersama dalam rangka Hari Raya idul Fitri. semangat dan perasaan bercampur baur. pertama2 mulai agak bingung apakah bisa bangun pagi lagi atau engga, karena selama libur saya sedang "membuat Badan" alias menggemukkan badan. sehingga tadi pagi agak kebingungan apalagi ditambah dengan si penjaga adek tidak masuk kerja.seperti biasa bangun pagi aku melakukan rutinitas pagi, Yoga, sarapan dan mandi. nah pagi ini saya sudah menyiapkan sarapan enak untuk pagi yang bersemangat ini, namun si penjaga hatiku tetap tidak mau bangun juga... alih2 mau sarapan duduk manis untuk Puja pagi saja ia tak sempat. yang mengesalkan adalah pencitraan yang dibangunnya. kebanyakan testimoni saudaranya mengatakan ia selalu menunggu sarapan namun aku tak menyiapkannya. padahal sebaliknya, aku menyiapkannya tapi ia tak sarapan karena tidak sempat. bagaimana mau sempat, 15 menit sebelum berangkat ia baru bangun. ohhh.... sabar jeeeehal lain yang terjadi dan tak lepas dari perhatianku adalah sikap buru burunya. ia selalu terburu2, selalu saja genting, selalu saja tegang. sikpnya itu membuat ia lupa hal hal kecil seperti memberi salam untuk berangkat, apalagi mau mengecup kening kami berdua, aku dan anakku.aku mencoba untuk menjadi benar benar sadar akan pilihan pilihannku dan tindakan tindakanku. aku berupaya untuk tetap ceria. sebenarnya aku tidak mengupayakan keceriaan seperti seorang pemain drama yang sedang akting, tapi memang keceriaan muncul dari dalam dan tentu saja keceriaan itu berasal dari upaya Yoga yang kulakukan secara tekun.hari ini, masuk kerja dengan semangat baru dan keceriaan yang tetap tak terganggu oleh sikap acuhnya. hari ini pula aku merasa sangat menikmati sebuah perjalanan yang menantang dan berkesan.Terimakasih Tuhan atas segala keindahan hari ini....

CATATAN PERJALANANKU DI KOTA PALANGKARAYA, KOTA CANTIK DAN DATAR

Thursday, August 23, 2012 2:31 PM
hemm, baru sempat menulis nih, padahal sudah seminggu yang lalu kembali dari Kota Palangka Raya. Kota palangkaraya itu memang cantik dan asri. yang berkesan adalah wilayahnya yang datar banget. jauh sekali dengan kalimantan timur yang berbukit bukit.kedatanganku di kota itu adalah dalam rangka mengikuti orientasi peningkatan Mutu Guru Agama Hindu se kaliantan tahun 2012. ini adalah kali kedua aku mengikuti kegiatan yang serupa. yang pertama dilaksanakan di Hotel Grand Sawit Samarinda Kalimantan Timur dan untuk tahun ini dilaksanakan di palangka Raya. menerima undangan untuk mengikuti kegiatan ini aku sambut dengan perasaan gembira bukan main, sebab aku memang belum pernah datang ke kota itu. nama kota itu telah sering ku dengar dan terasa tidaklah asing karena ada Kampus Hindu disana yang bernama STAH Tampung Penyang. selain itu, banyak juga sahabatku tinggal di propinsi Kalimantan tengah itu. tidak hanya itu, PR 3 IHDN denpasar pada saat aku masih kuliah dan menjadi Mahasiswa di Kampus IHDN itu, kini menjadi Ketua STAH tampung Penyang sehingga menambah semangatku untuk datang kesana.ada kesan yang unik yang kurasakan, aku flight ke Palangkaraya namun transit di Surabaya, lucu khan? mau ke wilayah sesama Kalimantan saja harus ke Jawa dulu. tapi aku tetap Happy karena hampir semua teman yang berasal dari Kaltim dan serombongan denganku juga mengalami hal yang sama. tidak hanya itu, belakangan aku mengetahui bahwa teman temanku yang dari Kalimantan Barat (Pontianak) juga transit ke tanah jawa, ada yang transit di jakarta dan ada juga yang transit di Surabaya. seruuu khan...sesampai di Palangkaraya, aku check in di Swiss Belhotel karena kegiatan dilaksanakan disana, aku disana selama 4 hari tanggal 13 - 16 Agustus 2012.kegiatannya cukup seruuu, aku berkenalan dengan banyak teman... aku sangat bersemangat dan antusias, sebenarnya bukan karena hal hal yang terjadi dalam acara orientasi itu, tapi karena aku memang selalu antusias, hahahahahahakarena terlalu antusias, pada malam harinya pastilah aku sangat kelelahan. tapi itu tidak terlalu berarti karena aku memiliki cara untuk meringankan kelelahan. sekali lagi, YOGa. aku tidak lupa untuk tetap Yoga setiap pagi sekalipun kita diminta untuk siap pada pukul 06.00 WIB. aku tidak akan meninggalkan agenda pentingku untuk Yoga. I Love YOGA.lanjutt pada hari penutupan, aku mendapat kehormatan dari panitia pelaksana kegiatan untuk menjadi MC (Master of Ceremony). wow, senang banget sekaligus berdebar karena aku sudah lama tidak menekuni bidang MC ini lagi. aku memang suka berbicara di depan umum. aktifitas seperti MC, Mimbar, Pidato ataupun Dharmawacana menjadi aktifitas favoritku.setelah aku sukses memandu acara penutupan itu, aku merasa bersemangat lagi untuk pulang ke rumahku karena aku sudah merindukan buah hatiku. kami keluar hotel pada pukul 07.00 pagi waktu setempat. aku bersemangat karena ini adalah petualangan baru. perjalan ini kuawali dengan mengunjungi Pura Dalem Prajapati Palangkaraya, lalu ke Pura PitaMaha Kota Palangkaraya. Pura Pitamaha sangat megah dan hebat. tentu dengan Balineses stylenya. aku tidak sempat mengunjungi Bale Basarah yang menjadi Tepat persembahyangan bagi umat Hindu Kaharingan. aku juga tidak menemukan suatu tempat suci yang mencirikan akulturasi antara Bali dan Dayak. tapi tak mengapa, mungkin hanya aku yang tidak tau tempatnya ada dimana.tidak Lupa, aku juga sempat mampir di Sai Centre kota Palangkaraya, tempatnya indah dengan aura yang luar Biasa. begitu aku duduk aku langsung terhanyut dalam kegembiraan yang tak terjelaskan.akhir kunjunganku ku tempuh dengan mengunjungi rumah Bapak yulianson, warga Hindu Kaharingan yang juga lama mengajar di kalimantan Timur. aku tidak melupakan Beliau sebab beliau juga pernah datang ke Bontang, ke kota kecilku ini untuk menjelaskan tentang Hindu Kaharingan bersama Ibu Tiwi Etika.kepulanganku ke Balikpapan ku tempuh melalui Syamsuddim Noor international airport Banjarmasin. karena melalui Banjarmasin maka, aku dan rombonganku memilih naik travel dari kota Palangkaraya menuju Banjarmasin. disinilah kulihat kota ini sebagai kota yang demikian datar dan tak berbukit. sangat lapang. setelah menempuh perjalanan panjang, sampailah aku di Banjarmasin, aku tidak lupa mampir ke Martapura yang sangat terkenal dengan kerajinan kalimantannya. aku membeli beberapa oleh oleh lalu kulanjutkan perjalanan.penerbangan Banjarmasin ke Balikpapan hanya ditempuh dalam waktu 35 menit. setelah di Balikpapan, Travelku sudah menjemputku. dan pada dini hari pukul 03.30 aku sampai di rumah mungilku..  terimakasih Tuhan atas keindahan kenangan ini...with LoveInner peace, Communal Love and Global Harmony Warm Regard...

Jumat, 06 Juli 2012

Ayah yang Kaya dan Ayah yang Bijak

sebuah cerita yang menginspirasi
ayah saya yang kaya berkata: "untuk menjadi kaya, saya mengandalkan aset berupa kekuasaan, patron, dan cara berpikir. Liabilities? tidak ada. satu satunya hutang saya adalah moral obligation. itu adalah jenis obligasi yang tanpa tanggal jatuh tempo, dan tanpa suku bunga. lagipula siapa yang akan menagih?"
ayah saya yang bijak berkata: "tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya. mengapa kau ingin berbisnis? untuk menjadi kaya? kalau itu tujuanmu berbisnis, sama halnya kamu sudah menentukan tanggal kematianmu sendiri. Doing business is not to have something"

Nah sekarang, mau pilih ayah yang mana? iya kalo kita bisa memilih?
tulisan ini hanya untuk direnungkan dan bukan untuk diperdebatkan.

10 Butir Kebijakan Mahatma Gandhi

  1. Change Yourself
  2. You are in control
  3. Forgive and let it go
  4. Without action you are'nt going anywhere
  5. Take care of this moment
  6. Everyone is human
  7. Persist
  8. See the Good in the people and help them
  9. Be congruent, be authentic, be your true self
  10. Continue to grow and evolve

Minggu, 01 Juli 2012

11 Quotes By Osho

1. the  disciple /becomes every day more and more graceful, more and more alert-- and with all qualities, a deep gratefulness towards the master is a necessary outcome
seorang murid hari - demi hari semakin menjadi berkah, makin peka dan dengan kualitas ini, rasa syukur yang mendalam terhadap Sang Guru adalah keniscayaan
2. and as your gratefulness grows, you become more available, more open. the master can pour his whole beign into you, all his blessings, his whole benediction
dan sebagaimana rasa syukur anda berkembang, anda akan semakin terbuka. sang Guru dapat mencurahkan -- kepada anda, seluruh berkahnya, seluruh doanya
 3.  People come to the masters and ask for blessing.
In English there is no exact word to translate `baraka', but in Sanskrit, in Hindi, we have the word prasad. Blessings carry a faraway echo of it. If you are receptive... And unless one is receptive one never goes to a master.
That has been the Eastern tradition. Why waste your time and why waste the master's time? You go only when you see that your heart is opening, it needs a ray of light, as if your being is just like thirsty earth which needs a raincloud to shower on you. Only in such moments people go to a master, they touch the feet of the master, they sit with the master.
Nothing is said and everything is heard; nothing is asked and everything is given.

--> Orang-orang datang kepada Guru dan meminta berkah.
Dalam bahasa Inggris, tidak ada kata yang tepat yang dapat menerjemahkan ‘baraka’. Tetapi dalam bahasa Sanskrit,dalam Hindi, aada kata ‘prasad’. Kata "Blessing" sangat jauh maknanya dari itu. Jika anda reseptif. Hanya jika anda reseptif, jika tidak, anda tidak akan bisa bertemu Sang Guru. Hal ini telah menjadi tradisi timur. Mengapa menyia-nyiakan waktu anda dan Sang Guru?

Anda baru pergi menemui Guru ketika anda menyadari hati anda mulai  terbuka, dan ia membutuhkan pancaran cahaya, dan seperti bumi yang haus akan curahan hujan seperti itulah anda.
Hanya pada saat-saat tersebut, orang-orang Timur menjumpai Sang Guru, menyentuh kakiNya, duduk bersamaNya.
Saat itu, tak ada yg dikatakan tapi semuanya terdengar.
Saat itu, tak ada yg diminta tapi semuanya diberikan.

4.  When the master is no longer outside you only, but inside you too -- that is real blessing. Then the disciple is pregnant, the master has come into his womb, and it will help him in times of danger, in times of discouragement, in times of darkness.

-->Ketika Sang Guru tidak hanya dil uar diri, tetapi juga didalam diri juga - itulah berkah sejati. Kemudian si murid "hamil" krn Sang Guru telah berada dalam "kandungannya", dan itulah yang akan membantu murid di saat-saat yang berbahaya, keputusasaan, saat-saat tergelap.

5.  Every master has a caravan of his own -- his own people who have tasted something of his being, who have drunk the wine of his joy, who are no longer related in the ordinary ways of the world... some invisible, mysterious connections are developing. Something is transpiring between the master and the disciple which will finally dissolve the duality of both and there will remain only oneness, a tremendous silence, a profound peace, a great insight.
    The master is rare, very rare.

-->Setiap Guru memiliki kabilahnya sendiri -- orang-orangnya sendiri yang telah mencicipi sesuatu dalam diriNya, yang telah minum anggur kegembiraanNya, yang tidak lagi berhubungan dengan cara dunia yang biasa... ada koneksi misterius & tak kasat mata yg berkembang. Terjadi sesuatu antara Sang Guru dan murid yang akhirnya akan melarutkan dualitas antara keduanya baik dan yang ada hanya kesatuan, keheningan yang luar biasa, kedamaian yang mendalam, insight yang besar.
Guru adalah hal yg langka, sangat langka.

6.  People can enter into the master. He allows people to enter into him. All his effort is somehow to bring you closer -- this is only the beginning. And if you come closer to the master and enter into the temple of the master, it becomes very easy for the master to enter your temple. And only when the master and the disciple are capable of entering into each other's being does the real religion happen.
The real religion is not where you think it is.
The real religion is only in the master-disciple relationship.

--> Semua orang bisa memasuki Sang Guru. Dia mengizinkan tiap orang untuk memasuki dirinya. Semua upayanya ini hanyalah untuk membawa Anda lebih dekat - ini hanyalah permulaan. Dan jika Anda mendekati Sang Guru dan masuk ke dalam "kuilnya", maka Sang Guru pun sangat mudah untuk memasuki kuil  Anda. Dan hanya ketika Sang Guru dan murid mampu saling memasuki diri satu sama lain, saat itulah terjadi agama sejati.
Agama sejati bukanlah seperti yang Anda pikirkan.
Agama sejati hanya terjadi dalam hubungan guru-murid.

7.  The master does not depend on you. He tries in a thousand and one ways; that's how all the methodologies around the world have been developed. All those methods that have been tried are just an approach to stir your heart, to make you feel something -- the fire of the master's eyes, the grace of his gestures, the wordless silence surrounding his words.
The mystics are beautiful beings, but they have not helped the human consciousness to evolve.
The whole credit goes to the masters.

--> Sang Guru tidak tergantung pada Anda. Dia mencoba seribu satu cara; begitulah caranya semua metodologi di seluruh dunia dikembangkan. Semua metode yang telah dicoba hanyalah caraNya utk membangkitkan hati Anda, utk membuat Anda merasakan sesuatu -- sinar mata Sang Guru, keindahan dalam tiap gerakanNya, keheningan yg menyelimuti kata-kataNya.
Para mistik dan suci adalah kaum yang indah, tetapi mereka tidak membantu kesadaran manusia untuk berkembang.
Seluruh credit adalah milik para Master/Guru.

8.  A Master is one who can become a via media, who will be just between you and the divine -- a door through whom you can have a glimpse. He knows -- not as knowledge but as experience. His experience has transformed him, transfigured him, transported him to another world. A Master lives in two realities together, a Master is a paradox. One of his feet is in the world, his other foot is in God. From one side he is just like you and from another side he is just the opposite of you. A Master is a paradox. Through the paradox of the Master you will be able to reach the divine; there is no other way.

-->Guru adalah ia yang dapat menjadi jalan, yang akan berada di antara Anda dan Sang Ilahi - sebuah pintu dimana Anda dapat melihat kilasan Ilahi. Ia tahu - tidak sekedar pengetahuan tetapi lewat pengalaman. PengalamanNya telah mengubahNya, membawaNya ke "dunia lain". Akibatnya adl Sang Guru berada di dua realitas secara bersamaan. Ia adalah paradoks. Satu kakiNya menjejak dunia, sementara kaki yang lain ada di dalam Sang Ilahi . Di satu sisi Ia  seperti Anda tapi di sisi lain Ia adalah kebalikan dari Anda. Guru adalah sebuah paradoks. Hanya melalui paradoks dari Sang Guru inilah, Anda akan dapat mencapai Sang Ilahi, tidak ada cara lain.

9.  So the first step for a seeker is to fall in love with a Master, to seek a Master. If you can find a Master, half the journey is over. In fact, the most arduous part is over. To find the Master is the basic requirement of becoming a Sufi. Sufi seekers travel tor thousands of miles in search of a Master, in search of the man with whom they can feel in tune, with whom they can vibrate into the unknown, with whom they can take the first step beyond the known. So the first thing, the first and the most important thing, is to find a Master.

-->Jadi langkah pertama yg hrs diambil para pencari adalah jatuh cinta pada seorang Guru, untuk mencari seorang Guru. Jika Anda dapat menemukan seorang Guru, setengah perjalanan sudah berlalu. Bahkan, bagian paling sulit sudah terlewati. Menemukan Sang Guru adalah persyaratan dasar untuk menjadi seorang sufi. Para pencari sufi melakukan perjalanan ribuan mil untuk mencari seorang Guru, mencari seseorang dengan siapa mereka dapat merasa selaras, dengan siapa mereka dapat bergetar dalam Hyang Gaib, dengan siapa mereka dapat mengambil langkah pertama melampaui segala pengetahuan. Jadi, hal pertama, yang pertama dan yang paling penting, adalah menemukan seorang Guru.

Kamis, 15 Maret 2012

PELAJARAN BARU HARI INI

Pada hari ini, sebagaimana juga pada hari - hari sebelumnya, aku terlibat dalam diskusi group AA4. group ini menjadi satu-satunya group di BB milikku. aku memang hanya menyukai group ini, sehingga group lain tidak memiliki tempat di BBku apalagi di hatiku. pembahasan di group itu sangat menginspirasi. aku tidak bermaksud membuat testimoni. aku tidak dibayar oleh siapapun untuk membuat pernyataan "kebenaran" ini. ini adalah kisahku. ini adalah pengalamanku. ini adalah fakta.
tema pembahasan group adalah mengenai "menjadi eling". mengapa tema hari ini begitu berarti buatku? aku manusia paling egois, aku mudah marah, sangat fluktuatif dan bahkan meledak ledak. Andaikan Guru ada di dekatku maka sudah dipastikan aku ditampar tiap hari. Guru akan "marah besar" tiap hari padaku. bagaimana tidak, aku terlalu SOK, tidak bisa sabar apalagi rendah hati. aku hakim saat ini yang tengah menghakimi diriku sendiri atas perbuatanku hari ini. hari ini, sembahyang OK, marah-marahpun OK. seolah2 aku terus sembahyang sekaligus terus marah.
kembali pada diskusi hari ini, chat di group itu menuliskan tentang sifat kita yang tidak memandang kehadiran sang Keberadaan dalam segala bentuk. kita akan marah jika seseorang bertindak kasar pada kita, sedangkan kita tidak marah ketika seorang "GURU" bertindak kasar dengan kita. kurenungkan bahwa tak ada apapun didunia ini yang bukan GURU, semua Guru. semua hal adalah Guru. kita mesti belajar dari semua hal. apakah bedanya seorang "GURU" dengan "seorang yang marah2" pada kita. keduanya adalah Guru. semestinya tidak satupun dapat mempengaruhi kita. ternyata selama ini aku terbelenggu, aku membedakan dengan cara bodoh. aku membedakan dengan tidak menggunakan viveka. aku akan marah manakala seseorang berkata kasar padaku, tapi aku tidak marah seandainya Sri Krishna "menamparku" dengan cara - cara-Nya. apakah bedanya "seseorang yang bukan Krishna" dan Sri Krishna sendiri? secara mata fisik, keduanya memang berbeda. tapi bagaimana jika Sri Krishna menyamar menjadi "seseorang?" bukankah setiap orang adalah Atman yang sama?
tak perlu marah.... santai. jangan terlalu serius. hiduplah dalam kegembiraan. itulah pelajaran hari ini.
inilah renunganku malam ini. ku renungkan semua perbuatanku menjelang tidur. ku serahkan segala sesuatunya pada Bunda Mahamaya, Bunda alam semesta. tuntunlah aku selalu sehingga aku tetap "sadar" tentang diriku. maafkan aku, ampuni aku. semoga hari2ku esok berjalan dengan penuh kesadaran akan Kasih....
tulisan ini ku persembahkan pada-Mu Bunda.
untuk anakku tercinta, Bhadrika Sanwani Widya Prathiwi. maafkanlah Ibumu ini. Kaulah Guruku hari ini. maafkan jika Ibu terlalu sering mengabaikanmu, sesungguhnya Ibu tidak demikian, hanya saja, ibu masih sangat harus banyak bersabar...

Minggu, 11 Maret 2012

TILOPA DAN NAROPA

KISAH INI DIANGKAT DARI BUKU BAPAK ANAND KRISHNA YANG BERJUDUL TANTRA YOGA

Naropa dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Kelompok masyarakat yang sangat dihormati bukan karena kekayaan atau kepemilikan mereka, tetapi karena pengetahuan mereka. Naropa berasal dari Lembah Kashmir, dekat Shrinagar. Tahun kelahiran serta kematiannya sudah dapat dipastikan antara 1016 dan 1100 SM.
Ketika usia 16 tahun, ia sudah dinikahkan. Dalam usia semuda itu ia memang sudah mandiri, sudah bisa mencari nafkah. Dia seorang ilmuan yang menguasai beberapa cabang ilmu, sehingga mudah memperoleh pekerjaan.
Sejarah mencatat bahwa pada usia 33 tahun (tahun 1044) dia sudah menjadi pengajar di Universitas Nalanda. Saat itu universitas Nalanda dianggap sebagai universitas yang paling bergengsi. Mahasiswanya tidak hanya berasal dari India, tetapi berasal dari Mancanegara. Mungkin juga ada dari Indonesia.
Pada suatu hari terjadi perang mulut antara Naropa dan salah seorang pejabat disana. Naropa marah, marah besar, tetapi harus menahan diri karena sang pejabat masih punya hubungan dengan keluarga Raja dan universitas Nalanda disubsidi oleh kerajaan. 
“Bisa – bisa aku dikeluarkan dari universitas ini”, pikir Naropa.
Dan dia mengalah. Mengalah bukan karena sadar. Mengalah karena terpaksa. Alhasil api dendam di dalam diri membuatnya gelisah.
Dan dia memutuskan….. untuk membunuh pejabat itu. Gampang, dia tidak perlu menggunakan pedang atau parang. Cukup dengan Mantra. Dia ingin menggunakan salah satu Mantra untuk mencelakakan pejabat yang didendaminya. Gampang, dia harus mengucapkan mantra itu 100.008 kali, - tak terputus. Dan keinginannya akan tercapai.
“Hukum karma? ah, itu urusan belakang. Yang penting, aku harus memberi pelajaran kepada pejabat itu”,- pikir Naropa.
Dia lupa kalau nanti orangnya sudah mati, mau memberi pelajaran apalagi? Dalam kegelapan hati itu, dia sudah tidak mampu melihat dengan jernih. Naropa mencari tempat yang agak sepi, sunyi. Dan mulailah ia mengucapkan Mantra dengan tujuan untuk membunuh pejabat yang didendaminya. Sudah 100.000 kali. Tinggal delapan kali lagi. Eh ada seorang wanita yang mengganggu dia :
Wanita : “lagi ngapain kamu?”
Naropa kesal, marah. Tapi nasi sudah jadi bubur. Dia sudah terlanjur membuka mata. Konsentrasi sudah memudar. Pengulangan mantrapun terputus.
Naropa :  “sialan, siapa kamu dan kenapa menggangguku?”,
Wanita :
“Justru yang ingin kutanyakan siapa kamu?” Karena, sebelumnya aku tidak pernah melihatmu. Padahal tempat tinggalku tidak jauh dari sini. Kamu lagi ngapain?”

Dari suara dan cara dia bicara, Naropa menyimpulkan bahwa, wanita itu dari kasta rendah, dari kelompok masyarakat yang bodol, tolol. Dan tanpa Basa basi, sambil memarahinya lagi,
Naropa menjawab :
“kamu sungguh bodoh. Tidak pernah melihat seorang Brahmana mengulangi Mantra? Kamu tidak tahu bahwa dalam keadaan itu, dia tidak boleh diganggu. Gara – gara kamu aku harus mengulangi mantra itu dari awal lagi”.
Wanita : “Mantra? Mantra apa? Mau dong mau dong. Aku juga mau belajar.”
Naropa : “Dasar tolol, mantra – mantra ini bukan untuk orang seperti kamu. Kalau sudah cukup bijak, baru boleh mempelajarinya.”
Wanita : “Kamu pasti seorang Brahmana, orang bijak, berpendidikan tinggi, sehingga bisa hafal Mantra.  Boleh tanya, tujuanmu apa?”
Naropa : aku ingin membunuh salah satu pejabat di Nalanda University
Wanita : (tertawa terbahak – bahak : hahahahahahaha).  kamu mau membunuh dengan mantra? Kalau begitu, bisa juga dong menghidupkan dengan Mantra?
Naropa baru sadar bahwa dirinya tidak bisa menghidupkan orang dengan mantra.
Wanita : “Brahmana, kalau kamu belum bisa menghidupkan orang dengan mantra ya jangan membunuh dengan mantra. Pengetahuanmu masih setengah setengah.”
Naropa menyesali niatnya dan mengucapkan terimakasih pada wanita itu, beberapa hari kemudian Naropa kembali ke tempat yang sama. Dia sudah jatuh cinta dengan kesepian dan keheningan tempat itu. Duduk dibawah pohon yang rindang, dia membuka salah satu buku yang dibacanya dan mulai membaca. Datang lagi wanita yang sama,
Wanita : “Brahmana, sedang membaca apa?”
Naropa : “Ajaran Sang Buddha, Siddhartha Gautama”
Wanita : “Mau dong, dibacain. Boleh nggak aku duduk disini”.
Naropa : Silahkan… “  (dan dia mulai membacakan buku itu.)
Wanita : “Brahmana, Brahmana, kamu tahu artinya nggak?”
Naropa (dalam pikiran) : (agak kesal) Sudah dibacain, malah melunjak. Dia pikir aku ini siapa? Kalau tidak tahu arti untuk apa membacanya? Tetapi kalau mengingat kejadian sebelumnya. Karena dia, aku tidak jadi membunuh.
Dan dengan tenang diapun menjawab,
Naropa: ya aku tahu artinya.
Wanita : Ah nggak, sepertinya engkau tidak tahu arti apa yang sedang kau baca. Yang tahu arti hanyalah Tilopa. Dia saudaraku. Kalau kamu mau tahu arti, harus mencari dia.
Setelah berkata demikian wanita itu lenyap menghilang.
Naropa tercengang….
Selanjutnya entah apa yang terjadi pada Naropa, ia tidak bisa melupakan nama yang disebut oleh wanita itu. Tilopa, Tilopa, Tilopa
Dia harus bertemu dengan Tilopa. Dicari disekitar kampus, tidak ada yang mengenalinya. Naropa semakin penasaran. Mengajar tidak bisa, tidur tidak enak, makan dan minumpun terlupakan. Sudah tidak tahan lagi akhirnya Naropa mengundurkan diri dari universitas. Dan bukan hanya itu, ia pamit pada istrinya.
Dan mulailah pengembaraan Naropa…
Selama lebih dari 1 tahun, dia keliling India. Dari selatan ke utara, kemudian kearah Timur. Modalnya hanya 1- intuisi. Karena tak seorangpun bisa memberi petunjuk tentang Tilopa, tak seorangpun pernah dengar nama itu. Naropa tidak putus asa. Dia mencari terus. Banyak pengalaman yang diperolehnya dalam perjalanan. Ada beberapa yang sangat menarik :
Pertama dia bertemu dengan seorang wanita tua berpenyakit kusta.
Wanita Kusta: sepertinya kamu seorang Brahmana. Mau kemana?
Naropa : Sedang mencari seseorang bernama Tilopa.
Wanita Kusta : Ah, Tilopa!
dari cara wanita itu menyaut dan menyebut nama Tilopa, Naropa pikir dia mengenalinya.
Naropa :Kamu kenal dia?
Wanita Kusta: Tidak , tidak. Siapa yang mau berkenalan dengan saya? Sudah tua, berpenyakit kusta lagi. Sudah 2 hari aku mencari seseorang yang bisa menggantikan perban dikakiku. Tidak ada yang bersedia. Takut ketularan penyakitku.
Naropa cepat cepat menyalami dia dan melanjutkan perjalannya.
Naropa : (dalam Pikiran) Tidak, akupun tidak akan mengganti perbanmu. Kalau aku tertular…..
Baru berjalan sebentar, dari belakang ada yang memanggil nama dia :
Tilopa : Naropa, Naropa, aku Tilopa. Kamu tidak mengenaliku. You missed me!
Naropa : (menoleh kebelakang), “jangan – jangan…..” eh betul, wanita tua itu sudah lenyap. Berarti dia Tilopa. Menyamar sebagai wanita tua berpenyakit kusta.
Naropa menyesali ketidak peduliannya terhadap penderitaan orang lain. Sang Guru, Tilopa sudah mulai memberi pelajaran kepada Naropa. Peduli terhadap penderitaan orang lain. Itulah pelajaran pertama yang diperolehnya.
Selanjutnya selama berbulan – bulan Naropa akan mendekati setiap orang yang sakit yang dijumpainya dalam perjalannya. Dia akan membantu mereka, mendengarkan kisah mereka. Berupaya untuk meringankan beban mereka. Tetapi semua itu dia lakukan dengan harapan. : siapa tahu, Tilopa ada diantara mereka. Ternyata tidak ada. Murid lain akan putus asa. Naropa tidak putus asa. Dia melanjutkan pengembaraannya.
Pada suatu hari, Naropa digonggongi oleh seekor anjing. Anjing biasa, anjing jalanan. Kemanapun Naropa pergi, dia akan membuntutinya. Mengonggonginya. Tidak melakukan apa – apa lagi. Cuma menggonggongi dan membuntuti Naropa. Eh Naropa kesal juga. Dilepari batu. Kena kaki anjing dan keluar darah. Tetapi langsung diam. Naropa baru menoleh ke depan, ada yang menegurnya :
Tilopa : Naropa, Naropa, aku Tilopa. Kamu tidak mengenaliku. You missed me!
Suara sama, suara Tilopa. Ternyata anjing itupun…… ya, seorang Guru bisa melakukan apa saja, bisa “menjadi’ apa saja. Demi kebaikan muridnya.
Naropa pun sadar bahwa dia tidak boleh membedakan hewan dari manusia. Kasih terhadap semua mahkluk hidup harus sama dan sebanding. Lagi pula anjing itu kan hanya menggonggongi dia hanya membuntuti dia. Tidak melukai dia, tidak melakukan apa – apa. Kenapa harus dilempari batu? Itulah pelajaran kedua yang diperolehnya.
Naropa melanjutkan perjalannya, dan sampailah Naropa di Bengal, dan dia yakin bahwa akan bertemu dengan Tilopa di Negara bagian tersebut. Tidak lama kemudian, dia bertemu dengan seorang penjual kayu.
Naropa : “ apakah kamu pernah mendengar nama Tilopa?
Si penjual kayu : Untuk apa mencari Tilopa?
Naropa : Aku ingin berguru…. Ingin belajar dibawah bimbingannya?
Si penjual Kayu : Pelajaran itu beban. Persis seperti kayu yang kupikul. Aku masih bisa menjual kayu ini. Bisa memperoleh uang. Engkau bisa dapat apa? Kalau sudah belajar mau diapakan pelajaran itu?
Naropa sempat kesal. Terus berpikir kembali. Untuk apa berdebat dengan orang bodoh? Maka dia menyalaminya dan hendak pergi.
Baru mau jalan… orang itu lenyap. Terdengar kembali suara yang ia kenal
Tilopa : Naropa, Naropa, aku Tilopa. Kamu tidak mengenaliku. You missed me!
Naropa : (dalam Pikiran) Wah goblok benar aku, setiap kali nggak ngenalin sang Guru.
Pelajaran ketiga bagi dia – jangan menganggap remeh siapapun  juga.
Naropa melanjutkan perjalanan dan pencariannya. Pada suatu hari, dia bertemu dengan seorang penjaga tempat perabuan mayat, dia sedang meremukkan tulang – tulang yang tidak terbakar. Biasanya abu dan sisa tulang itu akan dihanyutkan ke dalam sungai. Yang aneh, Naropa melihat ratusan tenggorak
Naropa: “begitu banyak orang yang meninggal pada hari yang sama?”
si penjaga Perabuan:  “ya, ya, banyak sekali. Mau bantu?”
Naropa :“ogah ah
baru mau menajutkan penjalan, si penjaga lenyap. Naropa mendengar suara
Tilopa : Naropa, Naropa, aku Tilopa. Kamu tidak mengenaliku. You missed me!

Pelajaran keempat : pekerjaan adalah pekerjaan, jangan menganggap yang satu lebih baik dari yang lain.
Seorang penjaga tempat perabuan, sedang bekerja demi sesuap nasi dia sedang mencari nafkah. Seorang Naropa sedang mencari pencerahan. Setiap orang sedang mencari dan selama pencarian kita belum  berhenti, kita semua sama. Yang sedang mencari harta, tahta dan wanita kita anggap orang biasa. Manusia biasa. Yang sedang mencari pencerahan, kesadaran Tuhan kita anggap manusia luar biasa. Orang hebat. Padahal sami mawon. Semuanya masih lapar, masih belum kenyang.
Tidak lama kemudian…. Dia melihat orang dengan kedua kaki dan tangannya terikat. Tergeletak diatas rumput. Sementara 2 orang lagi sedang menyiksa dia. Sudah pasti mereka juga yang mengikatnya. Orang yang tergeletak itu, dibuka perutnya, darah dimana – mana ususnya sudah diluar perut dan sedang dicuci oleh kedua orang yang mengikatnya. Naropa mendekati mereka.
Naropa : “apa –apaan kalian”
Pria A : “bukan urusanmu